POLITEKNIK TEMPO -
Mahasiswa Produksi Media semester 3 dari Politeknik Tempo sedang menjalankan
Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah Sinematografi dengan tugas membuat Short
Movie yang ditayangkan di Gala Premier Kampus Politeknik Tempo pada Kamis
(19/01/2023)
Terdapat 2 (dua) film
dengan genre yang berbeda dan ditayangkan di Gala Premier dengan Judul “Why
Can’t We be Friend?” dan “Gudang Berdarah”.
Film Why Can’t We be
Friend sendiri menceritakan tentang 2 orang pertemanan yang mengalami lika
liku kehidupan di kampus. Mulai dari Daniel yang bersikap dingin kepada Shana
hingga akhirnya luluh. Namun, siapa sangka bahwa terdapat suatu konflik dari
keluarganya yang mengakibatkan munculnya permasalahan hingga keduanya menjadi
jauh satu sama lain.
Sedangkan Film Gudang
Berdarah adalah film thriller yang menceritakan tentang Olin, seorang
mahasiswa berprestasi dengan segudang talenta. Namun, Olin meninggal secara tragis di sebuah
gudang di dalam kampus dan film ini membuat penontonnya berfikir serta
menerka-nerka, siapakah sosok di balik pembunuh Olin?.
Gala Premier yang
disaksikan oleh seluruh civitas akademika Politeknik Tempo ini berjalan lancar
dan membuat kagum para dosen dengan hasil yang diberikan oleh para mahasiwanya.
Politeknik Tempo Jakarta didirikan
oleh PT Tempo Inti Media Tbk., bersama para tokoh pendidikan, bisnis, dan
industri melalui Yayasan Rumah Edukasi Tempo. Pendirian politeknik ini didasari
oleh keinginan untuk ikut serta mengatasi kesenjangan (gap) yang terus terjadi
antara lulusan perguruan tinggi dengan dunia kerja. Jumlah lulusan perguruan
tinggi melimpah, kesempatan kerja sebetulnya juga cukup banyak. Sayangnya,
tingkat pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi masih besar.
Rendahnya keterampilan dan kemampuan teknis seringkali menjadi ganjalan dunia
kerja untuk merekrut lulusan perguruan tinggi.
Yayasan Rumah Edukasi
Tempo membangun sebuah perguruan tinggi yang diharapkan mampu menjawab
tantangan kesenjangan itu atau yang kita kenal dengan istilah "Link &
Match". Karena itulah, bentuk politeknik yang dipilih, bukan universitas
atau institut. Sistem pembelajaran politeknik yang 60 persen praktik terbukti
andal untuk melahirkan lulusan yang punya keahlian teknis disamping pengetahuan
teoritis.