TEMPO.CO, Jakarta - Politeknik Tempo
menyelenggarakan diskusi "Empowering Journalism and Media in the Digital
Era" bersama Universitas Pancasila dan Universitas Xiamen di ruang Opini
Lt 7 Gedung Tempo, Palmerah, Jakarta pada Sabtu, 15 Februari 2025.
Acara ini dihadiri oleh 60-an
mahasiswa dari ketiga kampus. Diskusi ini bertujuan untuk memberikan wawasan
atau pandangan kepada para mahasiswa jurnalistik, tentang tantangan jurnalisme
masa kini di tengah gempuran kecerdasan artifisial dan digitalisasi.
Diskusi ini menghadirkan dua
narasumber, yakni Wakil Direktur Akademik Politeknik Tempo Muhammad Nur Hidayat yang telah berkecimpung
di dunia jurnalistik selama lebih dari 25 tahun. Adapun narasumber kedua adalah Ariadne
Khatarina Moniaga, mahasiswa Prodi Produksi Media Politeknik Tempo semester 5.
Ia baru saja mewakili Komunitas Pers Politeknik Tempo (Korste) untuk mengikuti
Annie School Net Conference yang bertajuk “Fact-checking Odyssey: Evidence
Unleashed” di Ho Chi Minh City, Vietnam.
Diskusi ini dipandu oleh mahasiswa
semester 1 Produksi Media, yakni M. Rafif Saputro dan Aisha Jingga Kinaya,
serta dimoderatori Alifah Olivia, mahasiswa Produksi Media semester 3.
Ketiganya memandu acara dalam tiga bahasa: Indonesia, Inggris, dan Mandarin.
Sebelum sesi diskusi dimulai, sambutan
singkat dari Ketua Program Studi Produksi Media Politeknik Tempo Rachma Tri
Widuri, Direktur Kerja Sama dan Hubungan Kelembagaan Universitas Pancasila
Gunawan Baharuddin, serta Su Junbin, Asscociate Proffesor dari School of
Journalism and Communication, Universitas Xiamen mengawali acara. Jun Bin
mengajak serta 18 mahasiswa dan 2 dosen dari Universitas Xiamen Cina dalam
kunjungan ini.
Dalam paparan awal diskusi, Nur
Hidayat menyampaikan materi berjudul “How Tempo Media Group Empowering
Journalism and Media in Digital Era”. Dalam paparannya, Nur Hidayat bercerita
bahwa Tempo pernah mengalami dua kali pembredelan di era orde baru. “Setelah
Presiden Soeharto turun jabatan, Menteri Penerangan Yunus Yosfiah memberikan
kembali lisensi untuk menerbitkan Majalah Tempo dan Tempo kini menjadi media
terbesar di Indonesia,” ujar dosen sinematografi ini.
Ia juga menerangkan bahwa distrupsi
digital membuat berkurangnya pengguna majalah dan koran fisik serta peningkatan
penggunaan media internet dan penggunaan teknologi digital. Hingga saat ini,
Tempo Media Group telah beradaptasi dengan memperluas jangkauan distribusi
informasinya agar dapat mencapai masyarakat yang lebih luas yang salah satunya
adalah siniar Bocor Alus Politik yang tayang di saluran Youtube Tempo.
Sementara itu, Ariadne Khatarina
mempresentasikan “How Politeknik Tempo as a part of Tempo Media Group
Empowering Journalism and Media in the Digital Era”. Ketua Himpunan Mahasiswa Produksi Media
(Katasia) ini sekaligus membagikan pengalamannya selama menjalani pelatihan Cek
Fakta yang didukung oleh ANNIE (Asian Network of News & Information
Educators).
“Sejak Korste terpilih sebagai salah
satu dari 15 lembaga pendidikan di Asia untuk ikut serta dalam Proyek
Interaktif ANNIE School Net Fact Checking, kami sudah melakukan banyak
kegiatan. Kami menyebut diri kami di Korste sebagai pemeriksa fakta karena kami
melakukan pemeriksaan fakta seperti seorang jurnalis” ia menerangkan. Ia juga
menambahkan bahwa Korste sendiri digagas oleh Rachma Tri Widuri, jurnalis
sekaligus dosen Produksi Media pada 2023.
Salah satu pertanyaan yang mengemuka
dalam diskusi adalah tantangan terbesar apa yang dihadapi Tempo untuk menjaga
kualitas jurnalisme di era digital ini. Nur Hidayat menjelaskan era digital
telah berdampak langsung pada platform mereka. Namun, Tempo percaya kemajuan
teknologi akan membawa kesejahteraan selama tetap mempertahankan jurnalisme
asli. Kebisingan dunia digital mempermudah penyebaran informasi tanpa
verifikasi, yang menjadi tantangan tambahan bagi media arus utama.
Sebagai penutup sesi diskusi yang
berakhir menjelang malam ini, moderator Alifah Olivia menyampaikan kutipan dari
pendiri Tempo, Goenawan Muhamad, "Etika dasar jurnalisme investigatif,
bersikaplah adil juga kepada pihak yang kau curigai. Awas dan kritis, tapi
jangan memvonis". Hal ini disambut antusias dengan aplaus dari seluruh
peserta. Setelah acara ditutup, mahasiswa Universitas Pancasila dan Universitas
Xiamen melakukan media tour dengan berkeliling Gedung.