Politeknik Tempo - Kebijakan
dalam seleksi dan penerimaan mahasiswa baru telah menjadi sorotan utama dalam
dunia pendidikan tinggi. Salah satu kebijakan yang menarik perhatian adalah
mengenai peserta Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) yang tidak
diperkenankan mengikuti Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) di Perguruan
Tinggi Negeri (PTN).
Sebelum
memahami alasan di balik kebijakan ini, penting untuk mencermati perbedaan
antara SNBP dan SNBT. SNBP adalah seleksi berbasis prestasi akademik yang
menggunakan nilai rapor dan ujian tertulis yang diadakan oleh setiap perguruan
tinggi, sedangkan SNBT adalah seleksi dengan ujian tertulis, dan sejumlah
kriteria lainnya yang ditentukan oleh panitia nasional.
Penerima
SNBP telah melewati seleksi prestasi akademik di tingkat Sekolah, sementara SNBT
mempertimbangkan berbagai aspek lainnya, seperti prestasi non-akademik.
Kebijakan ini mungkin bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi calon
mahasiswa yang memiliki prestasi non-akademik untuk mendapatkan akses ke
perguruan tinggi.
Penolakan
peserta SNBP untuk mengikuti SNBT mungkin juga merupakan langkah untuk
memastikan keterwakilan yang lebih adil dari beragam latar belakang dan jenis
prestasi, sehingga menciptakan keadilan bagi semua calon mahasiswa. Kebijakan
ini juga bisa menjadi upaya untuk mendorong keberagaman di antara mahasiswa
baru, tidak hanya dalam hal akademik, tetapi juga dalam hal minat, bakat, dan
prestasi non-akademik lainnya.
Keputusan
ini tentu memiliki implikasi yang signifikan bagi para penerima SNBP. Meskipun
mereka telah berhasil melewati seleksi prestasi akademik yang ketat, tidak
diizinkan mengikuti SNBT mungkin menimbulkan pertanyaan dan kekecewaan. Selain
itu, hal ini juga bisa memicu diskusi tentang bentuk seleksi yang adil dan
inklusif.
Dibalik
kebijakan yang membatasi penerima SNBP untuk mengikuti SNBT, terdapat beberapa
pertimbangan yang lebih luas terkait kesetaraan, keberagaman, dan keadilan
dalam penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi. Meskipun kebijakan ini
mungkin mengecewakan bagi sebagian calon mahasiswa, tetapi juga mencerminkan
upaya untuk menciptakan lingkungan kampus yang lebih inklusif dan beragam.