Berita & Artikel

Sumber Foto : Google.com

Dibalik Kebijakan Penerima SNBP Tidak Bisa Ikut SNBT


Oleh : Richard Kannedy
11/12/2023
Bagikan :

Politeknik Tempo - Kebijakan dalam seleksi dan penerimaan mahasiswa baru telah menjadi sorotan utama dalam dunia pendidikan tinggi. Salah satu kebijakan yang menarik perhatian adalah mengenai peserta Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) yang tidak diperkenankan mengikuti Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

 

Sebelum memahami alasan di balik kebijakan ini, penting untuk mencermati perbedaan antara SNBP dan SNBT. SNBP adalah seleksi berbasis prestasi akademik yang menggunakan nilai rapor dan ujian tertulis yang diadakan oleh setiap perguruan tinggi, sedangkan SNBT adalah seleksi dengan ujian tertulis, dan sejumlah kriteria lainnya yang ditentukan oleh panitia nasional.

 

Penerima SNBP telah melewati seleksi prestasi akademik di tingkat Sekolah, sementara SNBT mempertimbangkan berbagai aspek lainnya, seperti prestasi non-akademik. Kebijakan ini mungkin bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi calon mahasiswa yang memiliki prestasi non-akademik untuk mendapatkan akses ke perguruan tinggi.

 

Penolakan peserta SNBP untuk mengikuti SNBT mungkin juga merupakan langkah untuk memastikan keterwakilan yang lebih adil dari beragam latar belakang dan jenis prestasi, sehingga menciptakan keadilan bagi semua calon mahasiswa. Kebijakan ini juga bisa menjadi upaya untuk mendorong keberagaman di antara mahasiswa baru, tidak hanya dalam hal akademik, tetapi juga dalam hal minat, bakat, dan prestasi non-akademik lainnya.

 

Keputusan ini tentu memiliki implikasi yang signifikan bagi para penerima SNBP. Meskipun mereka telah berhasil melewati seleksi prestasi akademik yang ketat, tidak diizinkan mengikuti SNBT mungkin menimbulkan pertanyaan dan kekecewaan. Selain itu, hal ini juga bisa memicu diskusi tentang bentuk seleksi yang adil dan inklusif.

 

Dibalik kebijakan yang membatasi penerima SNBP untuk mengikuti SNBT, terdapat beberapa pertimbangan yang lebih luas terkait kesetaraan, keberagaman, dan keadilan dalam penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi. Meskipun kebijakan ini mungkin mengecewakan bagi sebagian calon mahasiswa, tetapi juga mencerminkan upaya untuk menciptakan lingkungan kampus yang lebih inklusif dan beragam.