TEMPO.CO,
Jakarta - Direktur Teknologi Informasi BP Tapera, Terzia Ananta Bagus Sumaji
memberikan kuliah kepada Mahasiswa semester V Program Studi Produksi Media dan
Manajemen Pemasaran Internasional Politeknik Tempo. Para mahasiswa mendapat
materi tentang peran big data untuk lembaga nirlaba, dalam mata kuliah Big Data
Analytics serta Manajemen Sistem Informasi dan Data Science.
Terzia
Ananta menjelaskan arti penting big data, tak hanya untuk perusahaan komersial
berorientasi profit, tapi juga untuk lembaga pemerintah yang tidak berorientasi
laba. “Analisis big data penting bagi semua industri, tak hanya yang komersial,
karena memungkinkan kita mendapatkan segala informasi tentang operasi,
pelanggan, dan tren pasar,” kata mantan Direktur Operasi Pengerahan BP Tapera
ini dalam kuliah yang berlangsung daring via Zoom Meeting pada Kamis, 26
oktober 2023.
Berdasarkan
data itu, kata Terzia, perusahaan bisa mengambil kebijakan yang tepat dan
memiliki keunggulan kompetitif.
Terzia
menjelaskan bahwa data yang diraup BP Tapera terbagi menjadi tiga tipe, yakni
data terstruktur, tak terstruktur dan semi terstruktur. Ketiga tipe data itu
kemudian diolah khusus agar menghasilkan informasi yang berguna dan dapat
dimanfaatkan perusahaan secara efektif.
Lebih
jauh ia menerangkan ada tiga tahap yang dilakukan untuk mengolah big data yang
telah ditambang sebelum menjadi informasi yang bermanfaat bagi perusahaan,
yakni data cleaning, integrasi data, dan transformasi data.
Data
cleaning dilakukan untuk memastikan akurasi dan kualitas data, integrasi data
untuk menciptakan gambaran data yang komprehensif dan holistic untuk
dianalisis. “Yang terakhir transformasi data dilakukan untuk mengonversi data
dari satu format ke format lainnya, sehingga mencakup ringkasan data yang
komprehensif,” tutur peraih penghargaan Digital Innovation se-Asia Pasifik itu.
Dalam
kesempatan yang sama, alumnus Magister E-Commerce Strategic Management
Universitas Gadjah Mada itu mengungkapkan bahwa dari big data yang dikompilasi
dari berbagai kementerian/lembaga juga media, hal yang paling penting
selanjutnya adalah bagaimana aplikasi bisnisnya. Menurut dia, penting untuk
bisa memahami fakta dan kondisi aktual yang diperoleh dari hasil analisis data
berdasarkan pola dan tren yang diperoleh.
Ia
mencontohkan, dari data diketahui bahwa Gen Z sekarang takut membeli rumah
karena tak mampu. Harga rumah sekarang makin mahal, di kota yang dekat kantor
paling murah sudah Rp 700 juta. Atau Gen Z lebih suka membeli rumah di daerah
yang lebih sejuk.
"Data-data
ini kami olah untuk kemudian disiapkan kebijakan yang sesuai dengan kondisi
ini,” kata Terzia.
Mantan
Senior Vice President Funding & E-Channel Product Development BRI Syariah
ini juga menerangkan analisis data harus dilakukan secara menyeluruh agar
perusahaan benar-benar mendapatkan gambaran yang utuh dari profil personal
target sasaran.
“Kami
pakai 360 degree customer analysis. Multidimensi. Sehingga kami bisa
memastikan bahwa orang ini memang berhak mendapat subsidi, cocok dengan profil
nasabah Tapera, dan dijamin bisa membayar angsuran,” kata Terzia.
Senior
Vice President Product Development & Digital Banking Bank Mega Syariah
periode 2019-2021 itu sekaligus menjelaskan bahwa sejak tahun 2020, BP Tapera
hadir untuk melengkapi jaminan sosial di Indonesia yang menjadi tabungan
perumahan karyawan dengan mengedepankan prinsip gotong royong dan difokuskan
untuk memenuhi kebutuhan rumah masyarakat berpenghasilan rendah. Masyarakat
berpendapatan Rp 3-8 juta per bulan saat ini tergolong kesulitan untuk
mengakses rumah pertama.